Sebuah cerita pendek lagi dari Rizqi Eka Maulana. Cerita yang walaupun tidak panjang, tetap tidak dapat dikategorikan sebagai Cerpen.Cerita ini dibuat saat Kelas XI, setahun yang lalu entah karena alasan apa. Seingat saya, untuk memenuhi tugas Indonesia. Cerita ini dibuat saat Rizqi sedang dalam kondisi sableng-sablengnya. Cerita ini mengisahkan (tepatnya memparodikan ) sepenggal kehidupannya dan teman-temannya sebagai murid SMA.
Menurut saya, cerita ini bagus (walau rada khayal)....Tolong baca y....
Kelas XI IA 5, beberapa hari setelah Liburan Lebaran, Selasa, Pukul 07.50.
Raka sibuk mengabsen warga Kelas XI IA 5. Bagaimanapun juga, Raka adalah Sekretaris 1 Kelas XI IA 5. Bisa dibilang, orang nomor tiga di XI IA 5 (Yang nomor satu Ketua Kelas Basuki dan yang nomor dua Waka Kelas Sugi ). Sayangnya, fisik dan sikap Raka berbanding terbalik dengan tingkatan kekuasaannya. Raka itu pendek, kurus, bodoh dan lemah. Kalau diukur, Raka orang nomor 40 dari 41 murid di kelasnya.
Satu-satunya alasan dia dipilih menjadi Sekretaris adalah karena dia sering menjadi bulan-bulanan temannya tanpa mampu membalasnya. Sungguh sial dan malang nasib Raka. Tapi, toh Raka selalu melaksanakan tugas – tugasnya sebagai sekretaris dengan baik. Sudah suatu kewajiban bagi Raka untuk setiap paginya mengabsen warga kelas XI IA 5. Tugas untuk menulis jurnal kelas, Raka serahkan pada asistennya, Si Sekretaris 2, Sarah.
Di hari yang tidak terlalu mendung dan tidak terlalu cerah itu, Raka yang sedang duduk di meja ketiga dari depan, barisan pojok sebelah kiri merasa keheranan. Biasanya, Raka mengabsen siswa sambil menonton pertandingan catur antar cowok XI IA 5. Memang, kelas Raka adalah kelas elit. Para murid cowok kelas Raka tidak memilih futsal dan poker sebagai permainan utama kelas. Mereka justru memilih catur, olahraga yang bagi sebagian orang dianggap cupu . Mungkin kelas ini nantinya akan menelurkan para master – master catur berbakat. Mungkin saja. Dan walaupun Raka senang menonton pertandingan catur ini, tapi dia sama sekali tidak bisa permainan yang satu ini. Rekornya yang terhebat adalah kalah dalam tiga giliran melawan Arif. Padahal, Arif masih amatir.
Setiap ada waktu luang, jam istirahat, dan jam kosong, meja di depannya pasti ramai. Di meja di depannya itu selalu diadakan Pertandingan Catur Akbar XI IA 5. Sebenarnya, pertandingannya tidak pantas diberi gelar akbar. Papan caturnya cuma satu dan kecil. Dan pemainnya juga cuma dua. Tapi, yang membuat pertandingan ini heboh adalah karena ada lebih dari 10 orang yang mengelilingi meja itu untuk berebutan menonton pertandingan catur. Hanya ada sekitar laki-laki aneh yang malas menonton, termasuk di antaranya : Sono, Budi, Bobby, Satria, Sugi dan Wiryo. Akan tetapi, entah mengapa hari ini pertandingan catur yang biasanya dia lihat tak ada. Orang – orang yang biasanya mengelilingi meja di depannya pun tak ada. Padahal para Master Catur XI IA 5 sudah ada di kelas. Basuki, ada. Hansum, hadir. Setyo, masuk. Zaky, idem.
“Semuanya kan udah masuk. Tapi kok ??? “ tanya Raka dalam hati, “ Padahal, pada hari dengan dua ulangan pun mereka masih main catur. Kok sekarang malah nggak pada main ??Kan nggak ada ulangan. Aneh !”
Sebenarnya dia bisa saja menanyakan alasan tidak diadakannya pertandingan catur pada teman sebangkunya, Zaky, salah seorang dari Master Catur XI IA 5, atau pada teman di meja depannya yang biasa digunakan untuk main catur yaitu Danee, seorang pakar mapel PA. Tapi, Raka malas menanyakannya.
“Paling – paling, nanti siang waktu istirahat, udah pada main lagi.“, begitu pikir Raka. Orang bodoh memang malas berpikir yang rumit – rumit.
Tak terasa sudah 15 menit Raka mengabsen. Bel tanda masuk kelas pun berbunyi. Seperti biasa, pasti ada temannya yang terlambat. Bukan murid namanya kalau tidak pernah terlambat. Kadang – kadang cuma satu temannya yang terlambat, kadang bisa sampai tiga.
Sambil menunggu teman – temannya yg terlambat muncul, Raka mendengarkan pembicaraan antara Danee dan Yudha, teman yang yang duduk di depannya. Mereka tampak akrab sekali. Setiap pagi, mereka biasa ngobrol tentang berbagai topik. Mulai dari A, B, C sampai Z. Mulai dari Anjloknya kurs rupiah, Beras yang harganya semakin naik, Curah hujan yang akhir – akhir ini semakin meningkat sampai Zakat Maut yang mengundang tragedi kematian sudah pernah mereka bicarakan. Hari ini, temanya Demo yang semakin anarkis.
“Dan, kemarin lihat Sekilas Global TV gak ? Gila Dan, masa’ para pendemo kemarin pada bawa clurit sama golok !! Parah banget kan, Dan!! “ ujar Yudha.
“Dod, ada yang lebih parah tau !!! Kemarin aku nonton Liputan 6 SCTV, pendemo malah bikin jalan macet total sampai 5 kilometer. Udah gitu, juga tawuran sama polisi ! Parah kan ????” kata Ul.
“Lumayan parah sih….. Tapi masih lebih parah pendemo yang bawa clurit !!”
“Gak. Pendemo yang buat macet jalan masih lebih parah !!!”
Raka malas melerai mereka. Hampir setiap hari, mereka terlibat pertengkaran kecil seperti ini. Lagi pula sebentar lagi kemarahan mereka juga reda. Menanggapi mereka juga tidak ada gunanya. Menanggapi mereka hanya membuat otak makin tumpul dan kusut. Lagipula, siapa yang peduli demo para mahasiswa, kalau menjadi mahasiswa saja sulitnya setengah mati ( bagi Raka ). Menurut Raka, masalah yang pantas dibahas oleh Yudha dan Danee adalah bertambahnya mapel yang diujikan dalam UAN.
“Ul, sebenarnya kamu bener sih…. Macet jalan juga parah.”, kata Yudha.
“Yah, aku juga setuju kalau clurit parah.“, kata Danee, “Dua – duanya sama parahnya”
Benar kata Raka. Lima menit bahkan belum lewat sejak pertengkaran mereka terjadi. Raka tidak habis pikir betapa anehnya kedua makhluk ini. Mungkin benar, ada temannya yang bilang, Cepat Bertengkar, Cepat Baikan.
Dia kemudian melihat jam dinding yang baru menunjukkan pukul 7.10. Padahal sudah jam 7.10, tapi guru pertama kelas Raka hari ini belum juga datang. Dan hanya tinggal dua lagi temannya yang belum berangkat. Seorang cewek berkerudung bernama Kafa, pemilik frekuensi terlambat terbanyak se-XI IA 5 dan Arif.
Arif adalah cowok gemuk, pendek, ramah dan lucu. Dia suka bermain catur, bermain game, dan membaca komik. Dia lumayan bodoh, kira – kira selevel dengan Raka. Untuk meningkatkan kecerdasannya dan menutupi kebodohannya, dia selalu duduk di depan dan selalu sebangku dengan Basuki, ketua kelas XI IA 5 sekaligus orang tercerdas di antara warga Kelas XI IA 5. Raka sangat menghargai usahanya untuk mendapat nilai bagus, sangat berbeda dengan Raka. Raka lebih memilih duduk di meja ketiga dari depan ( sama saja meja tengah ) dari pada duduk di depan. Kata Raka, kalau duduk di depan sering ditanyai guru dan cepat dikenal guru.
Kemungkinan besar hari ini Arif juga tidak masuk. Tidak tahu kenapa. Sejak tiga hari yang lalu, Arif belum juga masuk. Dari hari Jumat, Sabtu dan Senin (Jumat adalah hari pertama masuk sejak liburan lebaran).
Raka kemudian mengalihkan pandangannya dari jam dinding menuju Danee dan Yudha yang berada di depannya. Belum lima menit terlewati sejak mereka berbaikan, kini mereka memulai topik baru yang bahkan lebih tidak penting lagi, yaitu Enaknya jadi Wakil Rakyat. Kali ini Raka malas mendengarkan obrolan aneh mereka.
Raka kemudian menolehkan kepalanya ke samping, ke meja Laras dan Tyas. Mereka tampaknya sedang sibuk mengobrolkan sesuatu yang penting.
“Kata cewek lain, congklak kelas kita ilang !” celetuk Laras.
“Ho’oh. Aku juga dah denger. Katanya, sampai sekarang belum ketemu. Dicuri kali ya ???”, jawab Tyas.
“Iya, katanya ada pencuri lho !!” kata Laras.
Congklak yang dimaksud Laras dan Tyas adalah congklak property kelas. Sekadar untuk informasi, karena desain dan tema kelas Raka adalah “Njawen”. Maka kelas Raka pun dipenuhi dengan hiasan – hiasan Jawa. Pelapis dinding kelas Raka juga bermotif Jawa. Papan pengurus kelas dan jadwal piket juga diberi unsur Jawa. Tapi yang terpenting, adalah adanya dua wayang raksasa yang menghiasi dinding kelas dan satu congklak Jawa yang disumbangkan oleh salah satu murid XI IA 5.
Dan kabar bahwa congklak itu hilang itu benar – benar membuat Raka keheranan. Congklak yang ditaruh di kelas selama liburan kini hilang entah kemana !! Tyas menyebutkan bahwa congklak itu mungkin dicuri. Tapi, kalau dipikir – dipikir ( sayang, Raka tidak bisa banyak berpikir ) mana mungkin ada pencuri yang datang hanya untuk mencuri congklak. Mahal…tidak. Bagus…..juga tidak. Merepotkan……iya.
“Pencuri kurang kerjaan mungkin ya !!” begitu pikir Raka.
Tidak mau menyimpan masalah ini sendirian, dia ingin menanyakannya pada Zaky, teman sebangkunya (sebenarnya karena Raka tidak mampu memikirkan masalah ini sendirian ). Zaky adalah adalah salah satu teman baik Raka dan teman yang lumayan sering duduk sebangku dengan Raka. Zaky sedikit lebih tinggi dari Raka, berkacamata, dengan wajah yang tidak jauh beda dengan Raka. Dalam banyak hal, dia sama bodohnya dengan Raka dan dalam hal – hal tertentu dia lebih bodoh dari pada Raka. Sejauh yang Raka tahu, dia hanya punya kelebihan di bidang catur dan sepak bola.
Walaupun dia bodoh, tapi saat dia bermain catur dia benar – benar berbeda. Dia serasa punya kepribadian lain saat bermain catur. Sampai saat ini, sangat banyak taktik catur yang sudah dia hancurkan. Dan dia juga sering menang, sehingga mendapat gelar salah satu Master Catur XI IA 5.
Kemampuannya dalam sepak bola juga tak perlu diragukan lagi. Bergelar Top Scorer dan Pencetak Hattrick Terbanyak di XI IA 5, kemampuannya dalam menirukan teknik – teknik pemain kelas dunia sudah dikenal atu sekolah. Mulai dari Overhead Shoot sampai In-Front Kick sudah pernah ia lakukan. Dalam pertandingan futsal dan sepak bola melawan tim kelas lain, dia adalah salah satu pemain yang termasuk dalam daftar pemain harus-ikut-kalau-gak-artinya-kalah. Tim XI IA 5 adalah salah satu tim yang patut diperhitungkan dalam tim unggulan karena keberadaan Zaky. Dalam pertandingan, dia selalu mencetak gol, minimal satu, maksimal tiga. Tapi…….. tentu saja kelemahannya adalah : bodoh.
Zaky juga adalah jebolan dari SMP Islam dan meupakan seorang koordinator TPQ. Makanya, kealiman dan kebaikannya tidak perlu diragukan lagi. Tapi, walau begitu, dibandingkan Raka, Zaky lebih sensitif pada cewek. Shalat tak pernah ia tinggalkan. Puasa rajin ia lakukan. Membantu orang baginya bukanlah beban. Tapi, sayang sekali dia……… bodoh.
Makanya, Raka jarang sekali menanyakan sesuatu pada Zaky. Tapi, khusus kali ini, dia merasa harus menanyakan hal ini pada Zaky. Sebenarnya, congklak yang hilang bukanlah masalah penting bagi Raka. Tapi, karena dia tidak sengaja mendengar ‘embel – embel’ pencuri, Raka merasa hal ini adalah hal penting. Sebenarnya Raka tidak mau menganggu Zaky yang sedang membaca komik dan kelihatan sangat menikmatinya. Tapi, mau tak mau Raka harus menanyakannya.
“Zak, kamu tau nggak kalo congklak kelas kita ilang waktu liburan ? “ tanya Raka.
“Masa’ congklak kaya gitu ilang. Kebawa orang kali. Mungkin Ayu atau Hanum yang mbawa.”, jawab Zaky setengah tidak percaya.
“Nggak kok, katanya bener-bener gak ada dan bukan kebawa. Suwer. Katanya ada pencuri.”
“Bisa juga yaaa……Oh, ya aku baru inget belum beritau kamu, papan catur kebanggan kelas kita juga ilang !!!” Zaky tiba – tiba berteriak histeris. Tipe – tipe teriakan yang juga akan Zaky lakukan apabila Zaky melihat Raka mendapat nilai seratus dalam ulangan fisika.
“Hah, Yang bener ?? Masa’ papan catur kita juga ilang ???” Raka panik. Dia pikir bahwa dia tidak akan pernah melihat pertandingan catur akbar IA lima lagi.
“Sumpah !!Yakin !! Ilang !! Masa aku bo’ong !! “ Tiba – tiba suara Zaky meninggi.
“Pantes, tadi pagi pada ga mainan catur…..” Raka akhirnya mengerti penyebab tidak diadakannya pertandingan catur pagi tadi.
“Ntu sebabnya. Papan catur kita ilang…” Zaky sedih. Matanya berkaca – kaca. Bukan karena dia mau nangis, tapi karena dia memakai kacamata.
“Kayanya bener-bener mungkin ya ada pencuri di kelas ini….”
Hening……Mereka berdua tampaknya sedang bingung. Bagaimana mungkin dua benda keramat kelas ini bisa hilang bersamaan. Raka sedang berpikir apakah benar – benar mungkin ada yang mencuri benda sakral kelas ini. Yah, tapi tetap saja, kalau yang memikirkannya hanya Raka dan Zaky tidak akan mungkin kasus ini bisa terpecahkan. Bagaimanapun juga mereka adalah duo terbodoh dan tersaiko se-XI IA 5. Mungkin yang bisa menyaingi otak mereka hanyalah duo Spongebob – Patrick.
Keheningan yang begitu tenang tiba – tiba terpecahkan karena Kafa berlari terburu – buru memasuki kelas disusul oleh Pak Ian, guru jam pertama Kelas XI IA 5 telah datang dan siap untuk mengajar fisika. Berarti tinggal Arif yang belum masuk.
Pak Ian adalah guru paling nyentrik dan unik di sekolah ini. Tapi, menurut pendapat Raka, dia adalah guru paling keren di sekolah. Pak Ian bertubuh pendek, berkaca mata dan botak. Hobinya mengoleksi jam tangan dan gantungan kunci . Tapi bukan hal – hal itu yang membuatnya unik. Yang membuatnya unik adalah cara mengajarnya. Dari dua jam yang diajarnya, lebih dari satu jam digunakannya untuk bercerita. Ciri – ciri masing guru, sejarah sekolah ini dan pesona – pesona Bali berulang kali dia ceritakan. Kalau menurut Raka, Pak Ian mempunyai banyak mata – mata sehingga dia bisa banyak bercerita tanpa ada habisnya. Ceritanya sendiri keren dan tidak membosankan. Kadang – kadang ceritanya malah lucu sekali ( khusus bagi anak sesarap Zaky dan Raka ).
Sebagai guru pengampu Mapel IPA / Eksak seharusnya dia sering sering menghapus papan tulis karena Guru IPA harus banyak menulis rumus – rumus dan contoh soal. Tapi, hal ini tidak berlaku pada Pak Ian. Sebaliknya, Pak Ian jarang sekali menulis di papan tulis. Tiap kali dia menulis satu rumus / contoh soal, dia kemudian melanjutkannya dengan bercerita. Begitulah selanjutnya, berselang – seling. Dia juga mengatakan bahwa tulisannya jelek. Siapapun yang membaca tulisan Pak Ian satu jam terus menerus, orang itu terpaksa harus minum satu tablet aspirin ( menurut Pak Ian ). Tapi, kalau menurut Raka, tulisan Pak Ian masih lebih bagus dari pada tulisan Yudha, yang menurut Raka lebih pantas dibilang sandi rumput daripada tulisan.
Sesaat setelah Pak Ian masuk, tanpa basa – basi dia langsung menjelaskan rumus fs = µs.N dan fk = µk.N atau semacamnya. Raka yang berusaha menyimak rumus ini dengan konsentrasi penuh dan memusatkan matanya ke tulisan rumus itu. Hampir percuma Raka menyimaknya karena Raka bahkan tidak bisa membedakan m dan µ.
Setelah selesai menjelaskan rumus itu, Pak Ian mulai bercerita lagi. Saat ini dia menceritakan masa mudanya yang menyenangkan, saat Pak Ian masih tampan, tidak seperti sekarang.
Khusus kali ini, Raka tidak mendengarkan cerita Pak Ian. Dia melamun. Angan – angannya terbang. Dia sedang membayangkan siapakah pencurinya dan seperti apa pencurinya. Setelah Raka memikirkan semua kemungkinan yang dapat dia pikirkan mengenai pencuri itu, dia memutuskan untuk membagi buah pikirannya dengan sohibnya, Zaky.
Setelah berkali – kali memanggil Zaky tanpa mendapat balasan, Raka akhirnya menyadari bahwa Zaky sedang terbuai dalam alam mimpinya saat sedang memandangi penuh takjub seseorang cewek yang duduk di barisan pojok bernama Olivia, gadis yang bahkan mampu membuat Nicholas Saputra merem – melek dalam kecepatan 200 kali per detik. Tanpanya, suasana kelas XI IA 5 tak akan cerah, karena dia adalah dewi penebar cahaya sekaligus primadona sekolah ini yang sudah bertahun – tahun diidolakan Zaky. Sudah berkali – kali Zaky menembak Olivia, mulai dari melamar menjadi pembantu Olivia, sampai yang paling ekstrim melamar menjadi suami Olivia. Dari dua puluh sembilan kali penembakan, dia sudah gagal tiga puluh dua kali.
Berbagai usaha penuh jerit tangis dan tetes peluh sudah dilakukan Zaky untuk meluluhkan hati sang dewi. Membacakan puisi cinta penuh kata – kata gombal yang dia tiru dari majalah…..pernah. Memberikan bunga mawar yang dia ambil dari pekarangan tetangganya….sudah. Mengirimkan SMS gombal yang dia download dari REG CINTA ke Olivia ….jelas ya. Mempraktekkan trik – trik jitu penembakan dari majalah gombal….Pasti sudah. Semuanya sudah ia lakukan, tapi hati Olivia belum berhasil ia luluhkan. Mungkin memang faktor yang berpengaruh adalah faktor muka, ya ??? Tapi, Raka salut dengan kegigihan Zaky. Karena Zaky benar – benar cinta mampus dengan Olivia, Zaky berkata bahwa dia tak akan pernah menyerah sebelum mendapatkan Olivia.
Raka merasa kasihan apabila Raka merusak mimpi indah Zaky sekarang. Tapi, tak ada cara lain. Raka mengerti bahwa dia tidak mungkin menyadarkan Zaky dari pesona Olivia hanya dengan memanggilnya. Maka dari itu ia memilih untuk menggoyang – goyangkan badan Zaky agar dia bisa sadar.
“Sadar woy !!”, ucap Raka sambil menggoyang – goyangkan badan Zaky dengan tenaga setara anak kelas empat SD.
“Ada apa sih, Ka ? Angle-nya udah bagus nih !!” Zaky tersadar dan merasa kesal.
Sebelum Raka sempat menjawab pertanyaan Zaky, Pak Bakabon, petugas pengabsen datang dan menanyakan siapa saja yang tidak masuk. Sebagai sekretaris yang bertanggung jawab, Raka mengecek kembali daftar absen yang sudah Raka tandai. Ketika Raka sedang menengok siapa yang tidak masuk hari ini, Pak Bakabon tiba – tiba menyodorkan sebuah surat dan menyuruh Raka membacanya. Raka kemudian membuka pelan – pelan surat itu dan Raka baca dalam hati. Begini bunyinya :
Assalamualaikum wr. wb.
Kepada Wali Kelas XI IA 5 yang saya hormati, saya mengirimkan surat ini untuk meminta ijin untuk anak saya yang bernama Arif A.P.U. Tra yang tidak bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar hari ini dikarenakan sakit. Bersama surat ini, saya sertakan pula surat keterangan dokter yang menyatakan bahwa dia tidak akan masuk selama empat hari, hari ini, hari kemarin, kemarin lusa, dan kemarinnya lagi
Wassalamualaikum wr. wb.
Orang tua Difta A.P
Sudarno
Raka membaca surat itu dua kali. Raka tidak percaya Arif sakit. Rasanya benar – benar aneh, Arif tidak pernah tidak masuk karena sakit sebelumnya. Setelah puas membaca surat itu, Raka membaca surat keterangan dokter yang diklip bersama surat itu. Yah, bila ada surat keterangan dokter, maka Arif benar – benar sakit.
Raka menolehkan pandangan dari surat itu menuju arah Pak Bakabon. Raka kemudian menyebutkan nama Arif, tidak masuk karena sakit pada Pak Bakabon. Setelah itu Pak Bakabon pergi ke kelas sebelah, XI IA 6.
Raka tidak punya kesempatan untuk mengobrol lagi dengan Zaky dan Zaky juga tidak punya waktu lagi untuk menikmati keindahan sang dewi karena Pak Ian secara tiba – tiba melakukan hal yang jarang ia lakukan sebelumnya, yaitu memberikan dua puluh soal untuk murid - murid kerjakan. Rupanya, itu ada alasannya. Dia terpaksa memberikan banyak soal untuk murid - murid kerjakan karena dia terpaksa pulang ke rumah karena ada beberapa kepentingan yang tidak dapat Pak Ian tinggalkan.
Soal – soalnya sebenarnya tidak terlalu sulit ( apalagi bagi pakar fisika, seperti Setyo ), tapi untuk orang sesarap Zaky dan Raka yang kapasitas otaknya setara orang utan, soal sejenis ini jelas sulit sekali. Setelah dua puluh menit, mereka hanya mampu mengerjakan sepuluh soal dari dua puluh soal. Padahal, mengerjakan soal itu saja, mereka membutuhkan “sedikit” bantuan dari Danee.
Sebagai duo – siswa bodoh yang “rajin dan tekun”, Raka dan Zaky tidak melanjutkan mengerjakan sisa soal yang separo melainkan melanjutkan obrolan mereka yang terpotong karena kedatangan Pak Bakabon.
“Jadi, Zak, gimana ?”
“Gimana apanya ?”
“Kasus pencuriannya, Zaaak !!!” teriak Raka setengah tidak percaya.
“Oh…..maling…..Kalau bener ada pencuri di sekolah, ini sudah gak bisa dibiarin lagi. Udah gak bisa ditolerir lagi. Ini sudah merupakan pelanggaran UUD Pasal xx tentang Hak Asasi Manusia. Masa’ papan catur kita dicuri ! Pelanggaran namanya ! PELANGGARAN !!!” Zaky yang awalnya diam saja, kini tiba – tiba berteriak menggebu – gebu.
“SETUJU !!” tiba – tiba saja Hansum menyela Raka yang baru saja mau menjawab.
“SETUJU !!! Kita laporin aja ni masalah ke Pak Satpam, ke Kapolres juga boleh. Aku nggak terima papan catur kita dijarah. Pokoknya, itu maling harus ditangkep, sebelum korban – korban lainnya berjatuhan !! Aku nggak tega ngeliatnya !!” teriak Hansum.
Jarang – jarang Hansum terlihat peduli seperti itu. Dia itu biasanya cuek dan pendiam.Ada pemilihan Ketua OSIS atau pertandingan futsal antar kelas saja dia tidak pernah nonton. Sejauh yang Raka tahu, satu – satunya hal yang dipedulikan Hansum adalah, apabila rumah pacarnya, Wanda kebakaran atau bila Kafe Sarkim tempat Hansum biasa makan siang tiba – tiba ditertibkan pamong praja.
Deskripsi Hansum, menurut Raka : Tinggi, berkulit putih dan berambut cepak. Hobinya bermain catur, membaca komik dan pacaran dengan Wanda. Dia bisa dikategorikan golongan anak pintar di kelasnya.
“Gak nyangka, kamu peduli sama hal ginian, Sum ! “ cibir Raka.
“Gila aje, sebagai salah seorang Master Catur di XI IA 5, jelas aja aku peduli kelangsungan hidup papan catur kita !!”
“Tumben………Gak biasa aja…..” sindir Raka.
“Hah……!!!”
“Udah, udah. Ngapain ngeributin hal ginian. Saudara Raka dan Hansum yang saya cintai, lebih baik waktu kita gunakan untuk berembug mengenai kemalingan ini. Sungguh tak berguna, apabila waktu kita gunakan hanya untuk bertengkar seperti ini” Akhirnya ceramah picisan Zaky keluar juga.
“Bah….dicintai. Yang bener kamu cinta sama aku? Berarti kamu gay….” Ujar Hansum sinis.
“Maksudku bukan gitu Sum !! Kita seharus–“, omongan Zaky terpotong.
“Ngerti, ngerti. Gak perlu dijelasin lagi ! Oke, aku sama Hansum gak bertengkar lagi. Itukan yang kamu mau ? “, sela Raka tak sabar.
“Good…Nah, sum. Selain papan catur, congklak kita juga ilang. Kamu dah tau belum ?”, tanya Zaky.
“Basi tau… sekelas juga dah pada ngerti. Ngomong – ngomong soal congklak, aku dapet rahasia dari Basuki mengenai congklak itu. Kalian tau gak ?”
“Rahasia apaan ? “ tanya Zaky dan Raka nyaris bersamaan.
“Gak bisa. This is secret. Rahasia.“ Hansum berkata pelan – pelan agar murid – murid di sekitar mereka tidak bisa mendengarnya.
“Ah, Sum, masa’ gak boleh diceritain…Ceritain sih ngapa ? Kita kan teman…” pinta Raka dengan mata memelas.
“Sebagai teman yang baik dan bisa menyimpan amanah dari Basuki, mana mungkin aku menceritakannya pada orang lain. Itu sama sekali tidak sopan. TIDAK SOPAN !!.” kata Handsum menggebu-gebu.
“Amanah, ya…..Ya udah deh, aku ngert–“ Ucapan Zaky tiba – tiba terpotong.
“Ah, baiklah kalau kalian berdua memaksa. Dengan sangat terpaksa kuceritakan pada kalian. Kata Basuki, congklak kita itu gak ilang. Menurut tebakan Basuki, ketika congklak itu ditinggal di kelas sebelum liburan, Pak petugas kebersihan membawanya dan mengambilnya agar tidak hilang. Mungkin, sekarang ada di rumah Pak Warto. Gitu…!”
“Haaaaahhhhhhhh…..!!!” Raka dan Zaky kaget dan bingung. Kaget karena tebakan Basuki. Bingung karena kelakuan Hansum yang sangat absurd.
“Gimana…?”, tanya Hansum.
“Mungkin sih….. Tapi belum ada faktanya, kan ?” Jarang sekali Raka mengatakan hal seperti ini.
“Gak ada sih. Namanya juga tebakan. Tapi, tebakan Basuki biasanya bener, kan?”
“Iya sih…..”, jawab Raka.
“Zak, gimana pendapat elo ??” tanya Hansum.
“…………………………………………………………..”
“Kayanya, dia lagi mikir nih !”
Memang kelihatannya begitu. Zaky sedang memejamkan matanya dan sedang berpose layaknya patung pemikir Rodin. Dia mungkin sedang memikirkan sesuatu mengenai kasus pencurian ini. Tak berapa lama sejak Zaky mulai berpikir, mendadak Zaky membuka matanya dan mengutarakan hal yang dipikirkannya pada Raka dan Hansum.
“Ka, Sum, aku ada ide bagus nih buat mbuktiin ada tidaknya pencuri itu. Sekalian, kalo perlu ringkus aja tu pencuri pake rencana ini.” ungkap Zaky dengan mata berbinar – binar.
“Tumben…..Biasanya cuma sekali dalam setahun aja kamu cemerlang kaya gini..” Raka berkomentar.
“Sebenarnya, aku mau tanya dulu pendapatmu soal tebakan Basuki, tapi….yah….sudahlah. Mending dengerin rencana elo dulu….” ujar Hansum.
“Gini nih, menurut aku ni rencana pasti bakal bisa menangkap tu pencuri…..” kata Zaky sambil mengepalkan tangannya.
“Ya…ya…ya…Cepetan, to the point aja !! “ pinta Raka.
“Yoha….cepetan, gua dah gak sabar nih dengerin rencana elo !!!”
“Gimana kalau.......”
“Kalau apa….lanjutin !!!”
“Kalau nanti malam kita ke sekolah trus kita adain ronda malam. Bagus kan ? “
Sesaat kemudian Hansum dan Raka langsung memberikan reaksi luar biasa kompak nan serasi. MANGAP.
“Sarap lu ya….”, komentar Hansum.
“Gila lu ya…..”, komentar Raka.
“Dari dulu….”, jawab Zaky.
GUBRAK. Raka dan Hansum langsung jatuh telungkup di bawah meja.
Setelah Raka dan Hansum bangun, Zaky langsung melontarkan komentar provokatif yang sangat memancing nafsu. Nafsu pingin nge-kill.
“Pa…..pada setuju, kan ?”
“………..kalo aku setuju, berarti aku gila………..”, jawab Raka. Syukur Raka dapat menahan amarah dan nafsu dirinya.
“Ho’oh. Aku nggak mungkin setuju sama rencana sableng macam itu. Belum tentu kan, nanti malam malingnya muncul. Lagipula, besok kan masuk. Kurang kerjaan banget, kan kalo kita ngeronda di sini. Trus, juga bisa aja kan pencurinya orang dalam, bukan orang luar…” Hansum agak kesal pada Zaky.
“Tapi kamu nggak ada kerjaan kan malam ini ?” Zaky bertanya – tanya.
“Bukan itu maksudku. Arrrrgggg–“
“Tunggu. Bener juga kata Hansum. Orang dalam juga harus dicurigai.” Ucap Raka berlagak seperti detektif.
“Iya….juga….yah.”, ujar Zaky.
“Tidak peduli orang dalam atau orang luar, kita tetap harus membuat sebuah rencana terlebih dahulu. Rencana yang lebih hebat daripada rencana sebelumnya. Rencana yang bisa mengajarkan pada maling itu bahwa tak selamanya mencuri itu menguntungkan, tak sepantasnya perbuatan maling - memaling dibiarkan, dan tak semestinya jumlah mapel UAN ditingkatkan.”, Hansum berbicara penuh semangat, sepertinya dia benar – benar bernafsu untuk menghukum sang maling seberat – beratnya.
“Setuju.”, ujar Raka dan Zaky.Akhirnya, demi membuat rencana super canggih guna menangkap maling terkutuk itu, Hansum, Raka dan Zaky berembug.
***
Selama sepuluh menit lamanya mereka bertiga menggabungkan otak mereka demi menganalis kasus perampokan naas nan misterius di kelas ini. Tapi akhirnya, mereka hampir sama sekali tidak mendapat jawaban apa – apa. Sebagai akibat dari kebencian yang sudah mendarah daging pada maling itu, maka Raka, Hansum, dan Zaky langsung sepakat untuk membentuk koalisi para murid super ( “super”nya cuma biar kedengaran keren ) yang dinamakan KODAM ( Kelompok Dadakan Anti Maling ). Tujuan KODAM mencakup : Menghabisi maling – maling dan menurunkan harga bahan bakar minyak.
Bahkan sebelum mereka sempat melakukan rapat pertama KODAM, untuk menentukan progam kerja, susunan pengurus, dan tetek bengek lainnya, bel pelajaran tanda pelajaran berikutnya dimulai berbunyi. Sialnya, guru yang akan mengajar mereka di pelajaran berikutnya, olahraga adalah salah satu guru ter-killer di sekolah ini. Dia adalah Pak Jimi, guru bertubuh gempal super-bengis dengan tampang setara psikopat di film Saw. Bahkan rambut putihnya pun tak bisa menutupi keangkara murkaan yang terpancar dari mukanya. Untuk menghadapinya, para anggota KODAM, mencakup Raka, Hansum dan Zaky, memutuskan untuk menggunakan strategi B-3-1, yaitu strategi agar tidak membicarakan hal apapun mengenai maling selama pelajaran olahraga berlangsung.
Pelajaran olahraga benar – benar melelahkan. Tanpa sempat beristirahat lama, Raka kemudian mendapat gempuran baru, yaitu pelajaran Matematika. Akhirnya, karena ada beberapa hal, pelajaran matematika hari itu berakhir lebih cepat lima belas menit dari pada biasanya. Dan itu berarti bahwa Raka punya waktu lebih untuk ngobrol tentang maling bersama teman – teman KODAM-nya di kafe favorit mereka, Kafe Sarkim.
Raka and the essentials pergi ke Kafe Sarkim untuk melaksanakan salah satu jadwal harian mereka, yaitu JAS KASAR ( Jajan Siang Kafe Sarkim ). Berhubung mereka istirahat lebih cepat, itu berarti kelas lain lain belum istrirahat, dan itu sama dengan : tidak ada pelanggan lain di Kafe Sarkim selain mereka dan teman sekelas mereka sehingga mereka bisa leluasa membicarakan maling. Mereka memesan tiga bungkus nasi rames dan tiga plastik es teh. Benar – benar terasa nikmat, setelah mereka bertiga memeras otak di pelajaran matematika.
“Gimana nih, kawan – kawan, mau ngelanjutin mbicarain maling gak ?” tanya Raka.
“Ya iya lah masa ya iya do–“ Ucapan Zaky terpotong oleh ucapan Hansum.
“Ngapain ngomong gituan waktu lagi makan kaya gini !! Ngedenger namanya disebut aja bikin aku pingin muntah ! MUNTAH !!–Haup–Nyam.” Hansum menyuapkan dua sendok rames sekaligus sambil menggerutu, “males banget aku ngedenger namanya disebut. Bikin aku pingin muntah ! HUEK !!–Haup–Nyam–Nyam–Lezat !!!
Raka dan Zaky kebingungan bagaimana mungkin cowok yang pingin muntah bisa makan selahap itu.
“Ya udah deh, rembugannya ntar aja ! Sekarang bicarain Olivia aj–“ Bahkan sebelum Raka menyelesaikan perkataanya, tiba – tiba Zaky tersedak tempe yang dimakannya. Mungkin dia terlalu kaget saat akan membicarakan Olivia. Zaky langsung meminum es tehnya agar tidak tersedak lagi. Melihat hal itu, spontan Raka dan Hansum tertawa ngakak.
Beberapa menit setelah itu, Raka and the essentials membuang bungkusan sampah sisa rames dan es teh ke tempat sampah dan memulai untuk membicarakan maling.
“Mulai dari mana, nih Sum ?” tanya Raka.
“Yah, masalah congklak tidak perlu kita bahas lagi. Basuki akan menyelesaikan masalah congklak nanti sepulang sekolah. Yang perlu kita permasalahkan sekarang hanyalah dugaan tentang kemungkinan maling itu adalah orang dalam, dan bukannya orang luar. Berdasarkan fakta- fakta yang terdapat pada TKP, aku mengerti bahwa……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………Begitu…Apa kalian mengerti ??”
Mengatakan hal serumit dan sekompleks ini pada Raka dan Zaky adalah hal yang gila. Raka hanya bisa mengerti kata – kata pembuka dan kata – kata terakhir dari Hansum.
“Bisa ulangi sekali lagi, gak ??” pinta Zaky.
“Arrrggghhhh…… Jadi, tadi kalian gak ngerti tadi ??”
“Kami gak tau separo dari yang kamu bicarakan….” ucap Raka sambil menggeleng – gelengkan kepalanya.
“Ya udah deh, langsung ke intinya aja ! Sebenarnya aku pingin kita ngomongin siapa saja temen kita yang mungkin menjadi pencuri, mengingat adanya kemungkinan orang dalam. Gitu….Maksud, kan ??” tanya Hansum sambil memasang raut muka kesal karena omongannya semenit lalu tidak bisa dimengerti oleh Raka dan Zaky.
“Ngerti….ngerti….jadi kita mau nebak siapa orang yang pantes jadi pencuri, kan?” ucap Zaky.
“Hmmmmmm………kalo menurut aku sih, yang pantes jadi pencuri tuh si Pak petugas kebersihan. Maksudku tu orang bukan jadi pencuri, tapi mungkin gak sengaja ngambil tu papan catur waktu lagi ngebersihin, sama yang terjadi kaya congklak, lah ! Maksudnya nyimpen, biar gak ilang. Tapi malah …..” Raka mengutarakan pendapat cerdasnya.
“Logis……logis…..Tapi ada satu kelemahan besar pada pendapatmu, Ka !” kata Hansum.
“Hah, apaan tuh ! Kayanya teorinya si Raka udah sempurna !!!” komentar Zaky membela Raka.
“Iya….apaan sih salahku ???”
“Kamu tau sendiri kan, diantara kita banyak sekali murid yang menaruh buku sembarangan di laci. Tapi seringkah buku itu ilang ? Nggak kan…..Biasanya petugas kebersihan tak akan membersihkan laci tapi hanya lantai, permukaan meja dan lainnya. Hal yang sama berlaku pada papan catur. Bukannya kita selalu menaruh papan catur kita di laci. Sehingga, kurasa petugas kebersihan tak akan melakukan apa – apa pada papan catur kita. Sedangkan, hal yang berbeda berlaku pada congklak kita. Bukankah congklak kita selalu ditaruh di lantai bagian belakang kelas. Makanya, ada kemungkinan, congklak itu–“ Analis Hansum terpotong.
“Dah cukup…..ku dah mudeng….males ku dengerin lanjutannya.” kata Raka.
“Logis…logis….jenius lo ya. Pantes kamu dapat kategori anak pintar.” ucap Zaky yang akhirnya setelah sekian lama mengerti perbedaan dirinya dengan Hansum.
“Thanks. Nih, teoriku. Kalo menurutku ya, kalo bener – bener pelakunya orang dalem, kalo bener - bener tu papan catur dicuri, kalo bener – be–“
“To the point aja, Sum !” pinta Raka.
“Ya. Menurutku, pelakunya………..Budi. tau kan, kalo kita lagi main catur, dia selalu mandangin kita sinis, gak suka gitu lah. Kayanya dia gak suka sama kita – kita, para pemain catur IA lima. Trus, dia juga bukan orang bodoh kaya kalian, he is smart, just like me. Dia bisa saja membuat rencana untuk ngambil tu papan catur keramat kita, biar kita gak bisa main catur lagi. Sometimes, dia bisa saja berbuat licik, y’all know. Gimana teoriku ? Mungkin gak ? Mungkin ya ? Mungkin kan ?”
“Lebay-nya keluar nih… And thanks for calling me stupid, Sum.” Ucap Raka kesal.
“Aku gak ikut komentar lah….Lama – lama kok ngarah ke su’uzon (buruk sangka) ya ?” tanya Zaky.
“Ah, gimana sih ? Teoriku gimana ?”
“Mungkin.. “ ucap Raka
“Ya…kalau terpaksa komentar….mungkin…” komentar Zaky.
Selama lima belas menit, mereka terus menerus menebak siapa malingnya, hampir tidak ada seorang pun yang lepas dari tebakan mereka, masing – masing dengan teorinya sendiri –sendiri. Mereka bahkan hampir tidak menyadari bahwa bel jam ketujuh sudah berbunyi kalau saja mereka tidak melihat sekelompok anak, tampaknya kelas X berlari – lari sambil berteriak
“Wis masuk, Mon !!”
“Yuh, banteran, pelajarane Bu Er kiyeh, aja nganti telat, mbok distrap. Mlayu, yuh, Del!!”
Begitulah kata – kata mereka. Mendengar hal seperti Raka and the essentials kaget dan langsung lari ngibrit ke kelas mereka seperti habis lihat genderuwo di deket perpustakaan.
***
Pelajaran terakhir hari itu pun selesai, tanpa Raka and the essentials sempat melanjutkan pembicaraan mereka lagi. Raka sebenarnya mau melanjutkan perbincangan malingnya dengan Hansum dan Zaky, tapi hari itu Raka memiliki kegiatan ekstrakurikuler yang harus diikutinya. Sebenarnya, Raka juga ingin menunggu kepastian Basuki, apakah benar congklak kelas Raka disimpan oleh Pak Warto. Tapi, Basuki sendiri mempunyai urusan, yaitu mengurusi masalah ROHIS, sehingga mungkin dia baru bisa menghubungi Pak Warto, paling tidak pukul tiga sore. Karena itu, Hansum dan Zaky, yang pada awalnya ingin menunggu kepastian Basuki, malah ikut pulang bersama Raka. Raka and the essentials memutuskan untuk menunggu kepastian Basuki besok.
***
Kelas XI IA 5, Rabu, Pukul 07.40.
Raka sudah duduk di meja tempatnya biasa mengabsen. Di hadapannya, sudah terbuka sebuah buku absen yang baru tertandai sekitar sepuluh titik, yang berarti baru sepuluh orang yang masuk pagi hari itu. Raka hampir tidak bisa tidur malam sebelumnya. Dia terlalu bingung memikirkan perihal kasus pencurian di kelasnya. Apakah benar congklak itu ada di Pak Warto ? Semalam, berulang kali pertanyaan seperti itu muncul dalam pikirannya. Dan sudah berulangkali pula, dalam hatinya dia menjawab
“Akan terjawab besok. Akan terkuak besok!”
Akan tetapi, dia tetap tidak tenang. Dan walaupun sudah berulang kali dia meyakinkan dirinya untuk segera tidur, dia belum juga tidur. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 10.41 p.m. Raka sepertinya benar – benar penasaran. Benarkah teori Hansum dan Basuki mengenai congklak itu ?
Kini Raka sedang menunggu Hansum, Zaky, Arif, dan Basuki. Dia menunggu Zaky dan Hansum karena dia menunggu teman untuk bercerita dan mengobrol. Dia menunggu Arif masuk karena seharusnya hari ini dia masuk setelah satu hari tidak masuk karena sakit dan Raka ingin sekali menceritakan kasus pencurian ini padanya. Dia sedang menunggu Basuki karena, tentu saja dia ingin mengetahui bagaimana akhirnya congklak itu.
Satu menit terlewati. Dua menit terlewati. Tiga menit terlewati. Akhirnya, Zaky datang dan langsung menaruh tasnya di sebelah Raka. Sebelum Raka sempat berbicara satu kata pun pada Zaky, tiba – tiba tanpa disangka Hansum datang. Raka and the essentials pun langsung berbicara satu sama lain.
“Gila, aku bener – bener gak bisa tidur. Aku pingin tahu apa teori Basuki bener ! Tegaaaaaaaaang!!!” ungkap Zaky.
“Sama…………….” bilang Hansum.
“Bener, yah !! Aku juga penasaran !!” Raka pun ikut berbicara.
Sesaat setelah Raka berbicara, jam 07.45, dari jendela terlihat sesosok anak pendek dan gendut yang mendekat. Raka pun mengenalinya sebagai Arif. Segera setelah Arif masuk, Arif menaruh tas dan duduk. Aneh sekali, jarang – jarang Arif berangkat lebih dulu dari pada Basuki. Tapi, Raka tak peduli. Raka and the essentials pun langsung menghampiri Arif.
“Ar, dah tau belum kabar hot yang lagi santer kedengeran di IA lima ???” tanya Zaky memancing rasa penasaran.
“Ah, apaaaan Zak ???”
“Kabar pencurian di IA lima….di kelas kita” pancing Hansum.
“Pencurian…..Emangnya apaan yang dicuri ???”
“Papan catur kebanggan kita dicuri tau……..” Giliran Raka memancing rasa penasaran Arif.
“Masa’ ???” Arif tak percaya.
“Sumpah, gua bakalan kesamber bledek kalo tu papan catur gak dicuri.” Belum pernah sebelumnya Hansum bersumpah seperti ini.
“Ah, yang bener…emangnya papan catur kita ada berapa ?”
“Ya cuma satulah……sejak kapan kelas kita punya papan catur dua ?” tanya Zaky.
“Justru itu….perasaan, papan catur kelas kita kubawa sebelum liburan biar gak ilang dicolong. Nih buktinya, aku bawa !!” Arif kemudian membuka tasnya dan menunjukkan papan caturnya dan ternyata memang benar itu papan catur XI IA 5.
” Bener, kan. Bisa ada rumor pencurian itu dari mana ? Dari mana ??” tanya Arif.
Hening.
“Tunggu, jadi selama ini papan caturnya ada di kamu, bukan dijarah…??” tanya Raka tak percaya.
“Ho’oh.”, ucap Arif enteng sambil mengangguk.
Hati Raka, Hansum dan Zaky pecah seketika. Jadi, seluruh pembicaran mereka kemarin mengenai maling sama sekali tidak ada gunanya. Mereka membuat sebuah koalisi yang ternyata juga tak ada gunanya. Dari kemarin, maling yang mereka kutuki dan sumpah serapahi ternyata tidak pernah ada. Harapan mereka untuk menangkap dan menghukum maling itu hilang. Keinginan Zaky untuk bisa menangkap maling itu agar bisa lebih mendapat respect dari Olivia gagal. Keinginan Raka untuk bisa menangkap maling itu agar bisa menjadi terkenal gagal. Keinginan Hansum untuk bisa menangkap maling itu agar bisa diakui bahwa dia tidak hanya mampu di pelajaran eksak saja gagal. Semua keinginan mereka sudah tak bisa dicapai lagi. Api kecil yang tadinya berkobar – kobar dalam hati mereka telah padam. Benar – benar menyedihkan untuk sebuah akhir dari sebuah cerita.Tapi……tunggu…
Saat Raka and the essentials sedang asyik – asyiknya hening, tiba – tiba Basuki masuk dan langsung menaruh tas di sebelah Arif.
“Rif, kamu dah masuk ? Dah sembuh sakitnya ?” tanya Basuki ramah. Pertanyaan ini secara tak langsung memecah keheningan Raka and the essentials.
“Ya udah lah, Bas !! Mana ada sakit yang bisa ngalahin Arif !!” jawab Arif.
Walaupun Raka sedang bersedih, Raka tidak melupakan tujuan utamanya yaitu menanyakan pada Basuki perihal congklak itu.
“Bas, gimana ? Congklaknya ada gak ??” tanya Raka pada Basuki.
“Ya, Bas !! Gimana ??” timpal Zaky dan Hansum.
“Gini, kemarin sore jam tengah empat aku dah tanya sama Pak Warto, katanya gak ada barang apapun yang dititipin sama dia sebelum liburan, termasuk congklak. Gak ada tuh. Nah, aku kan penasaran….Trus aku cari Pak petugas kebersihan. Ketemu deh. Aku tanya. Katanya, dia gak nemuin congklak apapun….” jelas Basuki.
“Lho…….terus gimana Bas ??” tanya Raka and the essentials.
“Katanya Pak Warto, malam – malam waktu liburan entah hari apa ada orang entah siapa mengendap – endap ke kelas XI. Gak tau kelas XI apa.” terang Basuki.
“Jadi………………………”
“Kemungkinan besar pencuri.”
……………………………………………………………………………
Benar – benar tak disangka, api kecil yang tadinya sudah padam di hati Raka, Zaky dan Hansum tiba – tiba menyala kembali, dan kini malah berkobar – kobar semakin besar.
FIN